Minggu, 21 Desember 2014

Biografi Jendral Sudirman


Biografi Jendral Sudirman

Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar dari beberapa orang lain yang telah lahir seorang mayor jenderal revolusi dan kelahiran dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem di Rembang, Bodas Karangjati, Purbalingga, Hindia Belanda pada 24 Januari 1916 . Pada saat itu, Karsid Kartawiraji dan Siyem tinggal di rumah Siyem bernama Tarsem adik yang menikah dengan seorang bupati bernama Raden Cokrosunaryo.
Karena kondisi keuangan Cokrosunaryo lebih baik, ia mengadopsi Sudirman. Sudirman tidak diberitahu bahwa Cokrosunaryo bukan ayah biologis sampai ia berusia 18 tahun. Setelah Cokrosunaryo pensiun pada akhir 1916, Sudirman datang dengan keluarganya ke Manggisan, Cilacap dan ia dibesarkan. Di Cilacap, Sudirman memiliki saudara bernama Muhammad Samingan. Karsid Sudirman meninggal saat berusia enam tahun, dan dua putranya di Siyem mempercayakan Cokrosunaryo dan kembali ke kampung halamannya.
Sudirman dibesarkan dengan cerita kepahlawanan. Dia sangat cerdas. Meski hidup dengan baik, keluarga Sudirman tidak kaya. Selama masa jabatannya sebagai bupati, Cokrosunaryo tidak menumpuk banyak kekayaan. Kematian Cokrosunaryo tahun 1934 menyebabkan keluarganya miskin.
Pada usia 19, menjadi guru praktik Sudirman Wirotomo. Setelah lulus dari Wirotomo, Sudirman belajar di Kweekschool (guru sekolah) di Surakarta, tetapi berhenti karena kekurangan biaya. Pada tahun 1936, ia kembali ke Cilacap dan Sudirman menikah Alfiah, mantan teman sekolah dan putri seorang pengusaha kaya batik.
Setelah menikah, Sudirman tinggal di Cilacap. Pasangan ini kemudian memiliki tiga putra; Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi, dan empat putri; Didi Praptiastuti, Sutjiati Didi, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
Pada awal tahun 1942 Jepang menyerbu Hindia Belanda. Jepang mendirikan Pembela Tanah Air (PETA) pada 3 Oktober 1943 untuk membantu menghilangkan invasi Sekutu, dan berfokus pada merekrut orang-orang muda yang belum "terkontaminasi" oleh pemerintah Belanda.
Sudirman bergabung dengan tentara sebagai Komandan batalion di PETA Banyumas pada tahun 1944. Selama masa, Sudirman bersama dengan rekan sesama tentaranya melakukan pemberontakan. Meskipun ia ragu-ragu, Sudirman akhirnya sepakat untuk memulai pelatihan di Bogor, Jawa Barat. setelah empat bulan pelatihan, batalyon ditempatkan di Soedirman Kroya, Banyumas, Jawa Tengah.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 berita tentang pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mencapai Hindi. Melarikan diri sudirman dari pusat penahanan, kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Dia ditugaskan untuk mengawasi proses pasukan Jepang menyerah di Cilacap, pada tanggal 19 Agustus 1945. Pada saat yang sama, pasukan Sekutu berada dalam proses merebut kembali kepulauan Indonesia ke Belanda.
Pada tanggal18 Agustus 1945, berdasarkan perjanjian kapitulasi Jepang, PETA dibubarkan. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran ini ketimbang mengubah PETA menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang bila ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini untuk dilanjutkan.
Pasukan Soedirman lalu dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo yang telah aktif di militer sebelum Soedirman, bertanggung jawab atas divisi tersebut. Tanggal 12 November 1945, di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima pada usai 29 tahun. Sembari menunggu pengangkatan panglima, ia memerintahkan serangan terhadap pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran ini dan penarikan diri tentara Inggris menyebabkan semakin kuat dukungan rakyat terhadapnya, dan akhirnya diangkat sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember.
Setelah Pemberontakan di Madiun pada 18 September 1948  kondisi kesehatan Soedirman mulai melemah. Pada tanggal 5 Oktober 1948, setelah perayaan hari jadi TNI ketiga, Soedirman pingsan. Setelah diperiksa, ia mengidap tuberkulosis (TBC) kemudian masuk Rumah Sakit Umum Panti Rapih dan menjalani pengempesan paru-paru kanan. Soedirman dipulangkan dari rumah sakit pada tanggal 28 November 1948.
Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman keluar dari rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer IIuntuk menduduki Yogyakarta. Di saat pemimpin-pemimpin politik berlindung di kraton sultan, Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat Gunung Lawu.
Sudirman meninggal di Magelang pukul 18.30 pada tanggal 29 Januari 1950; Kabar menyedihkan dilaporkan dalam siaran khusus RRI. Keesokan harinya, mayat-mayat itu dibawa ke Yogyakarta Sudirman, disertai dengan tank dan kendaraan bermotor, dan ribuan orang yang berdiri di sisi jalan. Tubuh Sudirman itu dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dimakamkan di sebelah Oerip setelah pistol prosesi hormat. Pemerintah pusat memerintahkan pengibaranbendera setengah tiang sebagai tanda berkabung di seluruh negeri, dan Sudirman dipromosikan menjadi jenderal penuh.
Dari tempat ini, ia mampu perintah dari kegiatan militer di pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Sudirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno. Penyakit TBC nya kambuh. Ia pensiun dan pundah ke Magelang. Sudirman meninggal sekitar satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdeekaan Indonesia.

Sudirman meninggal di Magelang pukul 18.30 pada tanggal 29 Januari 1950; Kabar menyedihkan dilaporkan dalam siaran khusus RRI. Keesokan harinya, mayat-mayat itu dibawa ke Yogyakarta Sudirman, disertai dengan tank dan kendaraan bermotor, dan ribuan orang yang berdiri di sisi jalan. Tubuh Sudirman itu dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dimakamkan di sebelah Oerip setelah pistol prosesi hormat. Pemerintah pusat memerintahkan pengibaranbendera setengah tiang sebagai tanda berkabung di seluruh negeri, dan Sudirman dipromosikan menjadi jenderal penuh.

Makam Jendral Sudirman

Kata – kata bijak  Jendral Susirman:
1.                         Jogjakarta, 17 Pebruari 1946 Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara.
2.                         Jogjakarta 25 Mei 1946 Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan.

3.                         Jogjakarta 27 Nopember 1946 Karena kewajiban kamulan untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya.
Like This Article ?

0 komentar

Posting Komentar