Bung
Tomo Pahlawan yang Hebat
Sutomo atau Bung Tomo merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa
pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Bung Tomo dikenal
sebagai Singa Podium yang pidatonya bukan
hanya menghipnotis tapi juga mampu membakar jiwa-jiwa muda. Bung Tomo lahir
pada 3 Oktober 1920, di Blauran, Surabaya dengan ayah bernama Kartawan
Tjiptowidjojo. Sutomo adalah sosok yang aktif berorganisasi dalam
Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) sejak remaja.
Pada masa mudanya, Bung Tomo tercatat sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya 1937. Setahun kemudian, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939. Ketika pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya (1942-1045).
Berita Proklamasi Kemerdekaan pertama kali diketahui oleh
Bung Tomo, Yacob, dan R. Sumadi. Bung Tomo
kemudian memberitakannya dalam
bahasa Jawa untuk menghindari sensor Jepang yang
ditempel di depan kantor berita Domei
dan bisa dibaca oleh rakyat. Pasca menerima
berita Proklamasi dengan segera di Surabaya
diadakan peralihan pemerintahan dan perebutan
senjata dari Jepang. Bung Tomo turut serta
dalam perundingan dengan pihak Jepang dalam
rangka mendapatkan persenjataan dari Jepang.
Bung Tomo ikut andil dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya
dan membentuk BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat
Indonesia) yang bertujuan menampung para
rakyat untuk bersiap menghadapi datangnya pasukan
Inggris dan NICA. Pembentukan BPRI ini
berawal dari rasa kecewa Bung Tomo
ketika melihat kondisi Ibukota Jakarta, dimana
orang-orang Belanda maupun Sekutu bebas
berkeliaran di jalanan Ibukota. BPRI mempunyai
senjata ampuh dalam menggerakkan massa, yaitu
Radio Pemberontakan. Selanjutnya, beliau
menjadi Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya.
Pasca
Proklamasi Kemerdekaan Bung Tomo tampil
sebagai orator ulung di depan corong radio,berhasil membakar
semangat rakyat untuk berjuang melawan tentara Inggris dan NICA-Belanda pada
10 November 1945. Kedekatan dengan rakyat inilah yang membuat
Bung Tomo populer. Perlawanan rakyat Indonesia yang tidak
mempunyai rasa takut dalam menghadapi tentara Inggris yang bersenjata
lengkap di Surabaya yang terdiri atas berbagai suku bangsa sangatlah
dahsyat. Yang kemudian tanggal 10 November di kenang sebagai Hari Pahlawan.
Bung Tomo
bukan hanya seorang pejuang yang kritis terhadap penjajah, beliau adalah sosok
yang juga kritis terhadap pemerintah. Pada jaman orde baru, pemerintahan
Soeharto, Bung Tomo bahkan sempat dipenjara. Karena kritik-krtitiknya terhadap
pemerintah waktu itu membuat gerah penguasa. Pemikiran-pemikirannya yang kritis
bisa dibaca di bukunya, “ Menembus
Kabut Gelap: Bung Tomo Menggugat.”
Pahlawan adalah
orang yang berani dan berkorban membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Pemerintah
baru mengakui Bung Tomo sebagai pahlawan nasional belum lama yaitu pada tahun 2008. Bangsa kita
butuh pahlawan-pahlawan untuk membawa bangsa ini menuju terwujudnya cita-cita
bersama, cita-cita yang tertuang dalam butir-butir Pancasila terutama sila
kelima,“Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.”
Saya yakin
Bung Tomo tidak butuh gelar pahlawan karena seorang pahlawan sejati tidak butuh
pengakuan, dari siapapun. Bahkan, seorang pahlawan tidak akan merasa dirinya
pahlawan karena dia berjuang dengan niat yang ikhlas demi terwujudnya cita-cita
bersama, bukan untuk sebuah pengakuan atau sebutan pahlawan.
Bung tomo
meninggal di Mekkah, 7 Oktober 1981, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Jenazah
Bung Tomo dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di TPU Ngagel, Surabaya.
Bung Tomo, pahlawan pengobar semangat Juang arek-arek Surabaya ini mendapat
gelar pahlawan nasional dari pemerintah pada tahun 2008.
Berikut
kata-kata Bung Tomo :
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!
Surabaya, 10 November 1945
- Bung Tomo -
“Selama banteng-banteng Indonesia masih
mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah
& putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen
djuga!”
- Bung
Tomo -
“MERDEKA
atau Mati”
-
Bung
Tomo –
“ Kita
tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingun merdeka... Lebih baik
kita hancur lebur daripada tidak merdeka”
-
Bung
Tomo –
Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2012/10/31/bung-tomo-pahlawan-yang-sempat-tak-diakui-505513.html
“Dan
seorang pahlawan adalah seorang yang mengundurkan diri untuk dilupakan seperti
kita melupakan yang mati untuk revolusi.”
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori tokoh
dengan judul "Bung Tomo Pahlawan yang Hebat". Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://lembaransaya.blogspot.com/2014/11/perjuanganbung-tomo-sutomo-atau-bung_14.html.
0 komentar
Posting Komentar